Benteng Pertahanan Dari Virus Gemini

Epidemi virus keriting pada awal tahun belum berakhir. Ratusan hektar lahan cabai dan tomat luluh lantak akibat serangan virus mematikan. Pekebun dilematis: ingin meraih laba dari , tetapi khawatir serangan virus gemini sebutan virus keriting.

Ketika yang lain enggan menanam tomat, Satimin, pekebun di Desa Ketawang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, justru sebaliknya. Di lahan 0,8 ha ia menanam varietas locus.

Hingga umur produksi berakhir, locus selamat dari serangan virus keriting alias TYLCV (Tomato Yellow Leaf Curl Virus). memang patut diacungi jempol. “Varietas lain sudah tidak mampu menahan serangan, sedangkan locus sangat tahan,” kata Satimin yang berkali-kali mengebunkan beragam varietas tomat.

Benteng Pertahanan  Virus Gemini

Hasil Panen Yang memuaskan

Tak hanya Satimii yang membuktikan keunggulan locus. Suliyan dan Hadi Santoso, pekebun di Jambangan, Kabupaten Malang, tertarik menanamnya. ’’Hasilnya bagus dan tahan penyakit,” kata Hadi Santoso.

Populasi per ha 20.000 tanaman. Tinggi tanaman 150 sampai 170 cm. Bentuk daun tumpul. Kelopak buah kecil sehingga tetap tahan dikembangkan meski pada musim hujan. Dengan kelopak kecil mencegah buah rontok. Produksi locus 3,2 sampai 4,3 kg per tanaman atau pekebun menuai 64 sampai 86 ton per ha.

Malahan menuai 4 kg pada musim hujan; 5 kg per tanaman, musim kemarau. Bandingkan dengan rata-rata produksi tomat yang hanya 2 kg per tanaman.

Penampilan buah varietas locus amat menarik. Bentuk buah bulat lonjong, merah mengkilap, dan bertekstur halus. Sebuah tandan terdiri atas 7 sampai 8 buah berbobot masing-masing 70 sampai 90 gram. Buah juga tahan cracking alias pecah di ujung buah. Karakteristik itu disukai pedagang.

Rasanya manis gurih, legit, dan enak sehingga pas sebagai tomat buah sekaligus sayur. Seperti ada penyedapnya pekebun yang menggeluti tebu, , cabai, semangka, dan belimbing sejak 1982 itu.

Menurut Yunan Fahrurohman, SP, manajer pengembangan produk dari PT Seminis Vegetable Seed Indonesia, locus ideal ditanam di ketinggian 50 sampai 500 m di atas permukaan laut. Suhu yang dikehendaki 28 sampai 35°C seperti Kediri, Blitar, Banyuwangi, Temanggung, dan Magelang.

Menara pengairan lahan

Selain locus, varietas baru lain adalah menara yang cocok ditanam di dataran menengah hingga dataran tinggi. Percobaan varietas itu dilakukan di berbagai kota seperti Sekincau (Lampung Barat), Pujon (Malang), Temanggung (Jawa Tengah), Pangalengan (Bandung), dan Cikajang (Garut) sejak 2003.

Produksinya menjulang 3,5 sampai 4,5 kg per tanaman. Panen perdana saat tanaman berumur 70 sampai 85 hari setelah tanam. Untuk pengiriman jarak dekat, buah dituai ketika semburat kuning terlihat 50%; jarak jauh, semburat 30%. Pemanenan 3 sampai 5 hari sekali.

Penampilan buah menarik, dan ketika matang berwarna merah cerah. Bentuk buah lonjong berbobot 90 sampai 110 gram per buah. Setandan terdiri atas 6 sampai 8 buah. Rasanya renyah dan agak manis, cocok untuk pasta, jus, dan buah meja.

Pendatang baru itu pas dikembangkan di daerah berketinggian 600 sampai 1.200 m dpi, seperti Garut, Sukabumi, dan Baiidung. Dibudidayakan oleh Mitra Usaha Tani pertanian pada musim hujan pun tak masalah lantaran tanaman setinggi 155 sampai 180 cm itu toleran penyakit layu bakteri dan pecah buah.

Untuk pemupukan, disarankan mengurangi penggunaan pupuk Urea karena mempunyai sifat genetik pertumbuhan tanaman cepat. Agar pertumbuhan terkonsentrasi pada pertumbuhan buah, maka sebaiknya Urea dikurangi sekitar 30 sampai 40%.

Jika tidak, masa panen akan lebih lambat. Benih itu dipasarkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Lampung. Menurut Dr Atie S Duriat, periset Balai Penelitian Tanaman Sayuran, salah satu kiat menangkal virus keriting dengan menanam varietas resisten. Locus dan menara yang resisten dapat menjadi pilihan.

Apontamentos



Direitos autorais



ISSN 2317-0220